Kamis, 17 Desember 2009

Bukan Cuma Orang Ketiga yang Merusak Hubungan



Pernahkah terpikir bahwa hubungan Anda dan pasangan yang memanas belakangan ini disebabkan oleh sabotase? Mungkin tidak. Banyak orang yang mengira hubungan hanya bisa dirusak oleh kehadiran orang ketiga. Padahal, sabotase hubungan tak melulu karena itu. Sikap Anda atau pasangan yang berpotensi merusak juga bisa jadi faktor penyebabnya.

Mengenali sikap yang berpotensi merusak sebuah hubungan ini memang bukan hal yang mudah. Justru kita lebih mudah mengenali sikap yang membahayakan hubungan daripada sikap yang hanya berpotensi. Anda memang mesti jeli melihat tanda-tanda itu.

Berharap terlalu tinggi
Apakah Anda mencintai pasangan apa adanya atau hanya mencintainya seperti yang Anda mau? Anda ingin pasangan begini atau begitu. Jika pilihan ini yang Anda jalani, jangan heran jika Anda akan selalu merasa kecewa, frustrasi, dan tidak puas dengan hubungan Anda.
Solusi: Mencari-cari kesalahan dengan terus berfokus pada ketidaksempurnaan dan kekurangan pasangan sudah pasti akan menyabotase hubungan. Carilah sumber masalah yang sebenarnya untuk diselesaikan. Daripada memfokuskan diri pada kekurangan pasangan, mengapa Anda tidak melihat diri sendiri dulu?

Forgive but never forget
Apakah Anda selalu memanfaatkan luka lama untuk melindungi hati? Memaafkan pasangan tapi tidak pernah melupakan kesalahannya? Selalu merasa menjadi korban dan berniat mengubah keadaan. Sebenarnya, ini sama saja Anda selalu membawa luka lama ke mana pun. Dan membiarkan luka itu terus terbuka hanya untuk mengingatkan bahwa luka itu pernah ada, dan akan selalu ada.
Solusi: Jika masih selalu terbayang-bayang pada luka lama, berarti Anda tidak bertumbuh dan berkembang dalam menjalani hubungan. Ini juga sama artinya Anda selalu menyakiti diri sendiri. Terimalah kenyataan bahwa pasangan akan berubah dan tak lagi menjadi orang yang sama saat pertama kali Anda mengenalnya. Bersikap dewasa menghadapi masalah-masalah yang Anda hadapi dan teruslah maju.

Cemburu berlebihan
Ini sebenarnya merupakan bentuk ketidakamanan (insecurity) Anda sendiri. Merasa tidak cukup cantik, menarik, ataupun seksi, untuk mendapatkan perhatian penuh dari pasangan. Nah, kalau begini, Anda memahami bahwa masalah sebenarnya ada pada Anda, dan bukan pada pasangan.
Solusi: Untuk masalah ini, Anda perlu memulihkan rasa percaya diri ke level Anda merasa bahagia dengan diri sendiri. Namun, jika rasa cemburu pada pasangan benar-benar masuk akal dan Anda tidak dapat mempercayai pasangan lagi, tinggalkan saja. Jangan terjebak dalam rasa tidak aman yang tidak pernah berakhir.

Menyeimbangkan skor
Kesal dengan kehadiran sahabat perempuan pasangan yang mulai menimbulkan hawa panas dalam hubungan, lalu Anda membalasnya dan menjalin hubungan dengan teman pria baru. Memang sih, membuat pasangan juga merasakan sakit hati bisa membuat Anda terpuaskan. Namun, sebenarnya cara ini bisa mengubah hubungan Anda menjadi ladang ranjau.
Solusi: Psst... mengalahkan (baca: menyakiti) orang yang kita sayangi tidak membuat kita menjadi pemenang. Apakah hubungan seperti ini yang Anda inginkan? Lebih penting mana, hubungan yang sehat, atau ego untuk merasa diri paling benar? Daripada saling bersaing dan "menjatuhkan", mengapa tidak introspeksi diri? Benarkan kesalahan ada pada pasangan? Jangan-jangan karena Anda kurang perhatian. Nah, coba pikirkan lagi.

Passive aggression
Maksudnya, menggunakan cara-cara seperti merajuk, marah dalam diam, dan mogok bicara untuk mengendalikan pasangan. Tahukah Anda, cara ini tak hanya menyakiti Anda dan pasangan, tapi juga hubungan Anda?
Solusi: Pada akhirnya, Anda mungkin bisa mendapatkan keinginan dengan sikap manipulatif tadi. Meski berhasil mengontrol pasangan, Anda tetap bukan pemenang. Belajarlah menyatakan keinginan dan kebutuhan lewat komunikasi yang efektif dan teknik yang sehat. Ini untuk persiapan Anda menghadapi konflik berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar